Sabtu, Mei 18, 2024

Air Sedikit Apabila Terkena Najis Namun Tidak Berubah Sifatnya, Bagaimana Statusnya ?

Image by. pixabay.com

Air yang sedikit kemudian terkena najis selama belum berubah sifatnya, maka statusnya tetap suci, baik banyak maupun sedikit. Status suci tersebut tidak hilang kecuali ada bukti yang menguatkan bahwa air itu berubah sifatnya (Al Kafi, Ibnu Abdil Barr 1: 156-157)

Dalilnya firman Allah Ta’ala:

قوله تعالى: وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاء مَاءً طَهُورًا [الفرقان: 48].

dan Kami turunkan dari langit air yang thahur (suci lagi mensucikan),”. (Al-Furqan:48)

قولُه تعالى: فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا [النساء: 43].

lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah”. (An Nisa’: 43)

Pada ayat di atas, Sesungguhnya air ini (air sedikit) apabila terkena najis namun tidak merubah sifatnya, maka statusnya tetap di atas sifat asalnya (suci) yang telah Allah ciptakan atasnya baik rasa, warna maupun baunya, sehingga tidak boleh berpaling untuk bertayammum

Dalil dari hadits di antaranya:

عن أبي سعيدٍ الخُدريِّ رَضِيَ اللهُ عنه، أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال:  إنَّ الماءَ طَهورٌ لا يُنجِّسُه شيءٌ

Dari abu sa’id al khudri radhiyaallahu ‘anhu: “Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya.”. Dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad.

Berkata Ibnul Mundzir Rahimahullah

“sesungguhnya pada umumnya (perkara air) ini tidak keluar dari (status kesuciannya) kecuali apabila berubah karena najis, maka saat itu statusnya berubah menjadi najis berdasarkan ijma’ ulama’. (Al Ijma’, Ibnul Mudzir: :35)

Berkata Syekh Ibnu Utsaimin Rahimahullah

: أنَّ علَّةَ النَّجاسةِ الخَبَثُ، فمتى وُجِدَ الخبَثُ في شيءٍ فهو نَجِسٌ، ومتى لم يُوجَدْ فليس بنجِسٍ، فالحُكمُ يدورُ مع علَّتِه وجودًا وعَدَمًا، ولا يُحكَمُ بالنَّجاسةِ إلَّا إذا وُجِدَت عينُها، فإذا بقِيَ الماءُ طَهورًا على ما هو عليه؛ فإنَّه لا يجوزُ سَلبُه وَصفَه الأصليَّ بمجرَّدِ توهُّمِ التنجُّسِ لمجرَّدِ المُلاقاةِ. ((الشرح الممتع)) لابن عثيمين (1/41).

“bahwa ‘illah (alasan) tentang najis adalah karena adanya al khabats (benda najis), sehingga kapanpun terdapat khabats pada suatu benda maka benda tersebut menjadi najis, dan sebaliknya. Sehingga hukum berlaku berdasarkan ada atau tidak adanya ‘illah, dan tidak boleh menghukumi suatu benda itu najis kecuali ada benda najisnya. Sehingga apabila ada air yang awalnya (kita yakini) suci, maka tidak boleh memalingkan statusnya menjadi najis hanya karena ragu terkena najis. (Asy Syarhul Mumti’ 1/41)

***

Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I

( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I, Beliau adalah Mudir Ma'had 'Aly Makkah Boyolali. Beliau termasuk alumni Ma’had ‘Aly Imam Syafi’i (MAIS) Cilacap dan Alumni S-2, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini beliau sedang menyelesaikan S-3 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

800FansSuka
927PengikutMengikuti
10PengikutMengikuti
500PelangganBerlangganan

Latest Articles