Minggu, Mei 19, 2024

Hukum Darah Manusia Dan Hewan

Darah yang memancar keluar dari tubuh manusia dan hewan statusnya najis. Berdasarkan dalil:

قول الله تعالى: قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ [الأنعام: 145].

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [ Quran Surat Al-An’am Ayat 145 ]

Berkata Ibnu Abdil Barr Rahimahullah:

قال ابن عبدِ البَرِّ: (هذا إجماعٌ من المسلمين أنَّ الدَّم المسفوحَ رِجسٌ نَجِسٌ). ((التمهيد)) (22/230).

“ini merupakan ijma’ kaum muslimin bahwa sesungguhnya darah yang memancar statusnya kotor dan najis”. (At Tamhid: 22/230)

Berkata Ibnu Al Arabi Rahimahullah :

قال ابنُ العربي: (اتَّفق العلماءُ على أنَّ الدَّمَ حرامٌ نجس، لا يُؤكَلُ، ولا يُنتفَع به). ((أحكام القرآن)). (1/79).

“para ulama’ bersepakat bahwa sesungguhnya darah statusnya haram lagi najis, tidak boleh dimakan dan dimanfaatkan”. (Ahkam Al Qur’an: 1/79)

Berkata Ibnu Rusyd Rahimahullah :

قال ابن رشد: (أمَّا أنواعُ النجاسات، فإنَّ العلماء اتَّفقوا من أعيانها على أربعة: مَيتةِ الحيوان ذي الدَّمِ الذي ليس بمائيٍّ، وعلى لحم الخِنزيرِ بأيِّ سببٍ اتَّفق أن تذهب حياتُه، وعلى الدَّمِ نَفسِه من الحيوان الذي ليس بمائيٍّ؛ انفصل من الحيِّ أو الميِّت إذا كان مَسفوحًا- أعني: كثيرًا).

(1/83) ((بداية المجتهد))

“Adapun macam-macam najis, maka sesungguhnya para ulama’ telah bersepakat pada empat jenis benda, yaitu: bangkai hewan yang memiliki jaringan darah yang mengalir dan bukan termasuk hewan air, daging babi dengan cara apapun matinya, dan darah hewan yang memiliki jaringan darah yang mengalir dan bukan hewan air, bagian (tubuh) yang terlepas dari hewan yang hidup maupun bangkai yang memiliki jaringan darah yang mengalir (banyak)”. (Bidayatul Mujtahid: 1/83).

Berkata An Nawawi Rahimahullah :

قال النوويُّ: (الدَّلائل على نجاسةِ الدَّم متظاهرة، ولا أعلم فيه خِلافًا عن أحدٍ من المسلمين، إلَّا ما حكاه صاحب الحاوي عن بعضِ المتكلِّمين أنَّه قال: هو طاهِرٌ، ولكنَّ المتكلمين لا يُعتدُّ بهم في الإجماعِ والخِلاف، على المذهب الصَّحيحِ الذي عليه جمهورُ أهل الأصول من أصحابنا وغيرهم، لا سيَّما في المسائل الفقهيَّات). ((المجموع)) (2/557).

” Dalil-dalil tentang najisnya darah sangat jelas, tidak saya ketahui adanya khilaf dari seorang ulama’ pun dari kaum muslimin, kecuali apa yang dihikayatkan pengarang al hawi dari sebagian mutakallimin yang mengatakan statusnya suci. Namun (pendapat) orang mutakallimin tidak dianggap baik dalam ijma’ maupun khilaf berdasarkan madzhab yang benar menurut jumhur ulama’ ahli ushul dari kalangan madzhab kami dan selainnya, lebih-lebih dalam perkara fiqh”. (Al Majmu’: 2/557)

Berkata Ibnu Hazm Rahimahullah:

قال ابن حزم: (اتَّفقوا على أنَّ الكثيرَ مِنَ الدَّم- أيَّ دمٍ كان، حاشَا دَم السَّمَكِ وما لا يَسيل دمُه- نجسٌ)

(1/19) ((مراتب الإجماع))

“Para ulama’ sepakat bahwa darah yang banyak -darah dari makhluk apapun itu- kecuali darah ikan dan hewan yang tidak memiliki jaringan darah yang mengalir, maka statusnya najis ”. (Maratibal Ijma’: 1/19)

Imam Ahmad Rahimahullah ketika ditanya:

القيح والدَّم عندك سواء؟ فقال: الدَّمُ لم يختلِفِ النَّاس فيه، والقَيحُ قد اختَلف النَّاس فيه

“Apakah muntahan dan darah itu sama menurutmu? Beliau menjawab: darah tidak diperselisihkan oleh ulama. Sedangkan muntahan itu diperselisihkan oleh ulama” (Syarhul Umdah, 1/1/05).

Dikecualikan dalam hal ini darah syuhada, berdasarkan sabda nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam:

عن جابرٍ رَضِيَ اللهُ عنه قال: قال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ادفنوهم في دِمائهم. يعني: يومَ أُحُد، ولم يُغَسِّلْهم

رواه البخاري (1346)

Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu berkata; Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kuburkanlah mereka bersama dengan darah-darah mereka”. Yaitu mereka yang gugur pada perang Uhud: “Dan janganlah mereka dimandikan”. [ HR . Bukhari No. 1346 ]

Juga darah yang sedikit berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar Radhiallahu ’anhu, dari Bakr bin Abdillah Al Muzanni, ia mengatakan:

رأيت ابن عمر عصر بثرة في وجهه، فخرج شيء من دمه، فحكه بين أصبعيه، ثم صلى ولم يتوضأ

“Aku melihat Ibnu Umar memencet jerawat di wajahnya, kemudian keluar sedikit darah. Kemudian beliau usap dengan jari-jarinya. Dan beliau shalat tanpa berwudhu lagi” (HR. Al Baihaqi [1/141] dalam Sunan-nya, dishahihkan Al Albani dalam Haqiqatus Shiyam hal. 18).

Juga riwayat dari Abdullah bin Abi Aufa Radhiallahu ’anhu, dari Atha bin Saib ia berkata:

رأيت عبد الله بن أبي أوفى بزق دماً ثم قام فصلى

“Aku melihat Abdullah bin Abi Aufa meludah darah, kemudian beliau berdiri dan shalat” (HR. Abdur Razzaq dalam Mushannaf-nya [1/148], sanadnya hasan).

***

Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I

( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I, Beliau adalah Mudir Ma'had 'Aly Makkah Boyolali. Beliau termasuk alumni Ma’had ‘Aly Imam Syafi’i (MAIS) Cilacap dan Alumni S-2, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini beliau sedang menyelesaikan S-3 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

800FansSuka
927PengikutMengikuti
10PengikutMengikuti
500PelangganBerlangganan

Latest Articles