Batasan ukuran najis yang sedikit yang di-ma’fu dalam syariat adalah dikembalikan kepada ‘Urf, yaitu menurut standar manusia pada umumnya tatkala memandang hal itu sedikit dan tidak menjijikkan.
Berkata ibnu ‘Utsaimin rahimahullah :
قال ابنُ عثيمين: (المعتبَرُ ما اعتبره أوساط النَّاس؛ فما اعتبروه كثيرًا فهو كثيرٌ، وما اعتبروه قليلًا فهو قليلٌ). ((الشرح الممتع)) (1/272).
Patokannya adalah patokan umumnya manusia, apa yang mereka pandang banyak maka dianggap banyak, dan apa yang dipandang sedikit maka dianggap sedikit” (asy syarh al mumti’, 1/272)
Dan ini merupakan pendapat dalam Madzhab syafi’i ( Rhaudhathuth thalibin, An nawawi 1/43), (Al hawi al kabir, Al mawardi 1/295), juga Madzhab hanbali (Al inshaf, Al mardawi 1/198), (Al mughni, Ibnu qudamah 2/59), juga pendapat Lajnah Daimah ( Fatawa al lajnah ad daimah, Al majmu’ah ats tsaniyah 5/153)
Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah:
قال ابن تيميَّة: (وحدُّ اليَسيرِ ما لا يَفحُشُ في النَّظر في عُرفِ النَّاسِ وعادتهم؛ إذ ليس له حدٌّ في اللُّغةِ ولا في الشَّرعِ). ((شرح عمدة الفقه لابن تيميَّة- من كتاب الصلاة)) (ص: 346).
Dan batasan sedikit (najis) selama belum nampak menjijikkan dalam pandangan ‘urf ( kebiasaan /adat ) umumnya manusia, karena memang tidak ada batasan tentang najis ini baik dari sisi bahasa maupun syariat (Syarh mdatul fiqh, Ibnu Taimiyah, bab shalat: 346).
***
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )