Sabtu, Mei 18, 2024

Hukum Menghilangkan Najis

Image By. Pixabay.com

Wajib hukumnya menghilangkan najis, ini merupakan madzhab mayoritas dari kalangan Hanafiyyah, Syafi’iyyah, Hanabilah dan Malikiyyah. Hal ini berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ [المدثر: 4].

“dan pakaianmu maka sucikalah” (al-Muddatstsir: 4)

عن عبد الله بنِ عبَّاس رَضِيَ اللهُ عنهما قال: ((مرَّ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على قَبرينِ، فقال: أمَا إنَّهما ليُعذَّبان، وما يُعذَّبان في كبيرٍ، أمَّا أحدُهما فكان يمشي بالنَّميمةِ، وأمَّا الآخَرُ فكان لا يَستَتِرُ من بولِه، قال: فدَعا بعَسيبٍ رَطْبٍ فشَقَّه باثنينِ، ثمَّ غرَس على هذا واحدًا، وعلى هذا واحدًا، ثمَّ قال: لعلَّه أنْ يُخفَّفَ عنهما ما لم يَيبسَا  . وفي روايةٍ بهذا الإسنادِ، غير أنَّه قال: وكان الآخَرَ لا يستنزِهُ عنِ البَولِ، أو مِنَ البولِ  )) رواه مسلم (292).

Dari Abdullah Ibnu Abbas dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan, beliau lalu bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak memasang satir saat kencing.” Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua sambil bersabda: “Semoga pelepah ini bisa meringankan siksa keduanya, selama ia belum kering.” Telah menceritakan kepadaku tentangnya [Ahmad bin Yusuf al-Azdi] telah menceritakan kepada kami [Mu’alla bin Asad] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] dari [Sulaiman al-A’masy] dengan sanad ini, hanya saja dia menyebutkan, “Sedangkan yang lain tidak berhati-hati (membersihkan) saat kencing.” (Muslim: 292)

Berkata Ibnu Hazm Rahimahullah:

(3/70) ((المحلى)) (غَسلُ النَّجاسة واجتنابُ المحرَّمات؛ فرضٌ بلا خلافٍ)

“membersihkan (diri) dari najis dan menjauhi perkara-perkara haram hukumnya fardhu tidak ada perbedaan (dalam perkara ini)”. (Al Muhalla: 3/70)

Berkata Ibnu Abdul Barr Rahimahullah:

(22/242) ((التمهيد))  (أجمعوا أنَّ مِن شَرْطِ الصلاة طهارةَ الثِّياب والماءِ والبدنِ)

“para ulama’ ber-ijma’ bahwa sesungguhnya di antara syarat sah shalat adalah sucinya pakaian, air dan badan” (At Tamhid : 22/242)

Berkata Ibnu Rusyd Rahimahullah:

(1/89) ((بداية المجتهد)) (أمَّا المَحالُّ التي تُزالُ عنها النَّجاسات فثلاثة، ولا خلاف في ذلك: أحدها: الأبدانُ، ثم الثِّيابُ، ثم المساجدُ ومواضِعُ الصَّلاة، وإنَّما اتَّفق العُلَماءُ على هذه الثَّلاثة; لأنَّها منطوقٌ بها في الكتابِ والسُّنة)

Adapun tempat yang (wajib) dihilangkan darinya najis, ada tiga: tidak ada khilaf dalam perkara ini. yaitu: badan, pakaian, masjid dan tempat shalat. Para ulama’ sepakat dalam tiga hal ini karena disebutkan langsung dalam Al qur’an dan As sunnah (Bidayatul Mujtahid :1/89)

***

Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I

( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I, Beliau adalah Mudir Ma'had 'Aly Makkah Boyolali. Beliau termasuk alumni Ma’had ‘Aly Imam Syafi’i (MAIS) Cilacap dan Alumni S-2, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini beliau sedang menyelesaikan S-3 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

800FansSuka
927PengikutMengikuti
10PengikutMengikuti
500PelangganBerlangganan

Latest Articles