Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian air, kesimpulannya ada dua pendapat yang paling kuat.
Pendapat pertama: bahwa air ada tiga macam, yaitu:air thahur (air suci dan mensucikan), air thahir (air suci namun tidak mensucikan), dan air najis. Ini pendapat yang secara umum disepakati oleh empat madzhab fiqh dari kalangan hanafiyyah, malikiyyah, syafi’iyyah dan hanabilah.
Dalil bahwa air suci ada dua, yaitu suci lagi mensucikan (thahur) dan suci namun tidak mensucikan (thahir).
Dalil Pertama:
– عن أبي هُريرةَ رَضِيَ اللهُ عنه: ((أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم سُئِلَ عن ماءِ البَحرِ، فقال: هو الطَّهورُ ماؤُه الحل ميتته )) (7) )، والترمذي (69)، والنَّسائي (59)، وابن ماجه (386)، وأحمد (8720). قال الترمذي: حسن صحيح، وصححه ابن حبان في ((المجروحين)) (2/316 (386).
Dari Abu Hurairah Radhiyaallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang laut, “Airnya menyucikan dan halal bangkainya.” (H.R. At Tirmidzi: 69, An Nasa’I: 59, Ibnu Majah : 386) berkata At Tirmidzi: hadits hasan shahih dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban dalam al majruhin : 2/316)
Berkata An Nawawi:
أنَّ الصَّحابة يعلمونَ أنَّ ماءَ البَحرِ طاهِرٌ وليس نَجِسًا- بلا شكٍّ- فسؤالُهم إنَّما كان عن تطهيرِ ماءِ البَحرِ لا عن طهارَتِه، وهذا يدلُّ على أنَّ هناك ماءً طاهرًا ليس بطَهور . ((المجموع)) للنووي (1/85).
“ para shahabat tentu mengetahui bahwa air laut suci dan tidak najis, namun pertanyaan mereka berkenaan dengan apakah air laut bisa mensucikan, bukan apakah suci atau tidak, ini menunjukkan bahwa ada air suci namun tidak mensucikan (al Majmu’: 1/85)
Pendapat kedua,
Bahwa air terbagi dua saja, yaitu: air thahur dan air najis. Hal ini disandarkan pada pendapat sebagian ulama hanafiyyah, sebagaimana yang dinukil syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dal al fatawa al kubra: 5/297:
قال ابن تيميَّة: (وقال كثيرٌ من أصحابِ أبي حنيفة: بل الطَّاهِرُ هو الطَّهورُ). ((الفتاوى الكبرى)) (5/297)
“ Berkata kebanyakan dari ulama madzhab hanafi bahwa air thahir itu adalah air thahur”, ini juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (majmu’ al fatawa: 19/236), syekh Ibnu Baz (majmu’ fatawa ibnu baz: 10/14) dan syeikh Ibnu Utsaimin (majmu’ fatawa wa rasaiil al utsaimin 11/86)
Dalilnya :
- قولُه تعالى: وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا [الفرقان: 48].
dan Kami turunkan dari langit air yang suci. ( Al-Furqan 48)
- قوله تعالى: إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ [الأنفال: 11].
” (Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu (Al Anfal 11)
عن أبي سعيدٍ الخُدريِّ رَضِيَ اللهُ عنه، عن النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنَّه قال: ((إنَّ الماءَ طَهورٌ لا يُنجِّسُه شيءٌ ) .
رواه أبو داود (66)، والترمذي (66)، والنَّسائي (326)، وأحمد (11275). صحَّحه يحيى ابن معين كما في ((خلاصة البدر المنير)) لابن الملقِّن (1/7)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyaallahu ‘anhu dari Nabi shallahu ‘alahi wa sallam berkata : Sesungguhnya air itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya. ( Abu Daud No.66, At Tirmidzi No.66, An Nasa’i 326, Ahmad no. 11275, dishahihkan oleh Yahya Bin Ma’in dalam kitab khulashah al badr al munir milik ibnu mulaqqin 1/7).
Mereka mengatakan bahwa penamaan air adalah mutlaq dari Al Quran dan As sunnah, tidak terdapat dari keduanya penamaan air thahur dan air thahir, maka pembagian ini menyelisishi al Quran dan As sunnah.
***
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )
