Dari sisi tempat, thaharah terbagi dua:
Pertama: thaharah bathiniyah, yaitu sucinya hati dari segala bentuk kesyirikan, hasad, benci yang tidak mendasar, dan inilah perkara yang paling penting dalam memberishan diri kita, bahkan tidak mungkin menegakkan sucinya badan secara syar’i dengan adanya kesyirikan pada diri kita
Dalam hal najis bhatiniyyah ini, Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ / التوبة: 28
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis (QS. At-Taubah : 28)
– وعن أبي هريرة رَضِيَ اللهُ عنه أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال: ((إنَّ المؤمِنَ لا يَنجُسُ)). رواه البخاريُّ (285)، ومسلم )371
Dari Abu Hurairah Radhiyaallahu ‘anhu berkata Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam: sesungguhnya seorang muslim tidak najis (Bukhari: 285) dan ( Muslim:371)
Kedua: thaharah hissiyyah, yaitu bersuci dari hadats dan najis
Adapun dari sisi jenisnya, thaharah juga terbagi dua:
Jenis Pertama: thaharah hadats (bersuci dari hadats besar maupun kecil)
Dan ini terbagi menjadi tiga macam:.
Pertama: thaharah kubra (bersuci besar), yaitu mandi besar.
Kedua; thaharah sugra (bersuci kecil).
Ketiga: thaharah badal minha (bersuci yang menjadi pengganti)
Jenis kedua: thaharah dari khabats (bersuci dari najis)
Dan ini terbagi menjadi tiga macam:.
Pertama: thaharah dengan cara mandi.
Kedua: thaharah dengan cara mengusap (seperti mengusap dua sepatu).
Ketiga: thaharah dengan cara memercikkan air di tempat yang terkena najis
Rujukan : ( bidayatul mujtahid, ibnu rusyd :1/7 ), ( al fiqhul islami wa adillatuhu, az zuhiliy: 1/238 )
***
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )