Sabtu, Mei 18, 2024

Meruqyah Diri Dan Keluarganya

Termasuk sunnah yang terlupakan adalah, seseorang meruqyah diri dan keluarganya.

Dari Aisyah رضي الله عنها,

أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان ينفث على نفسه في المرض الذي مات فيه بالمعوذات، سورة الإخلاص وسورة القلق وسورة الناس،  فكان ينفث بها صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في كفيه في يديه، ثم يمسح بهما وجهه ورأسه وسائر جسده، فلما ثقل كنت أنا أنفث عليه بهن فأمسحه    بيدنفسه لبركتها صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Bahwa ketika Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dilanda sakit yang menyebabkan beliau wafat, beliau meniup pada diri beliau sendiri dengan al-Mu’awwidzat: Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq dan Surat an-Nas. Beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meniupkan pada kedua telapak tangannya, pada kedua tangannya, kemudian mengusapkannya pada wajah, kepala, dan bagian depan tubuhnya. Aisyah رضي الله عنها berkata, ‘Ketika sakit beliau semakin parah, aku meniupkan pada beliau dengan tangan beliau. Aku mengusapkannya dengan tangan beliau karena keberkahan tangan beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ’.” (Bukhari: 5735).

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fath al-Bari, 10/76, “Para ulama bersepakat tentang bolehnya ruqyah, jika terpenuhi tiga syarat:

  1. Ruqyah itu dengan kalam Allah atau dengan nama-nama Allah سبحانه وتعالى dan sifat-sifat-Nya.
  2. Ruqyah itu dengan bahasa Arab atau dengan bahasa lainnya yang dimengerti maknanya.
  3. Meyakini bahwa ruqyah tidak bisa berpengaruh sendirinya, tapi dengan idzin Allah سبحانه وتعالى.”

Beliau melanjutkan, “Ruqyah apa saja yang mengantarkan pada syirik, maka itu dilarang. Apa saja yang tidak bisa dipahami maknanya yang dapat mengantarkan pada syirik, maka itu dilarang, sebagai bentuk kehati-hatian.”

Kaum Muslim disunnahkan untuk meruqyah diri sendiri sebagaimana dikatakan sahabat Utsman bin Abu al-Aash رضي الله عنه dalam hadits berikut ini:

 عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ الثَّقَفِيِّ أَنَّهُ قَالَ قَدِمْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِي وَجَعٌ قَدْ كَادَ يُبْطِلُنِي فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلْ يَدَكَ الْيُمْنَى عَلَيْهِ وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَقُلْتُ ذَلِكَ فَشَفَانِيَ اللَّهُ

Dari Usman bin Abu al-Aash Ats-Tsaqafiy رضي الله عنه berkata, “Aku mendatangi Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan aku sedang menderita penyakit yang sangat mengganggu, maka beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadaku,

“Letakkan tanganmu yang kanan di atasnya (yaitu di atas bagian tubuh yang sakit) lalu ucapkan,

بِسْمِ اللَّهِ أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

(Dengan nama Allah, aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari sakit yang aku derita ini) sebanyak tujuh kali.” Maka aku mengucapkan seperti itu dan Allah pun menyembuhkanku.” (HR. Ibnu Majah)

Tata cara meruqyah diri sendiri yang diajarkan Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah sebagai berikut:

Pertama, meletakkan tangan kanan di atas anggota tubuh yang sakit.

Kedua, membacakan do’a di atas lalu ditambahkan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana Rasul sebutkan dalam hadits lainnya: seperti surat al-Ikhlas, surat muawwidzatain, dan surat lainnya.

Ketiga, membaca do’a dan ayat ruqyah sebanyak tujuh kali dan mengulanginya dalam bilangan ganjil jika sakit belum reda. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi.

Dan disunnahkan pula meruqyah keluarganya, dan orang lain yang membutuhkan tanpa menunggu mereka meminta sebagaimana malaikat Jibril عليه سلم pernah meruqyah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

 عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ إِذَا اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقَاهُ جِبْرِيلُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ يُبْرِيكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ

Dari Aisyah رضي الله عنها istri Nabi Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, berkata, “Dahulu jika Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang sakit maka Jibril datang meruqyah beliau, Jibril mengucapkan,

بِاسْمِ اللَّهِ يُبْرِيكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ

(Dengan nama Allah yang menciptakanmu, Dialah Allah yang menyembuhkanmu dari segala macam penyakit dan dari kejahatan pendengki ketika ia mendengki serta segala macam kejahatan sorotan mata jahat semua makhluk yang memandang dengan kedengkian).” (HR. Muslim & Ahmad)

***

Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I

( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I, Beliau adalah Mudir Ma'had 'Aly Makkah Boyolali. Beliau termasuk alumni Ma’had ‘Aly Imam Syafi’i (MAIS) Cilacap dan Alumni S-2, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini beliau sedang menyelesaikan S-3 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

800FansSuka
927PengikutMengikuti
10PengikutMengikuti
500PelangganBerlangganan

Latest Articles