Minggu, Mei 19, 2024

Pengertian Air Mutlaq ( Thahur )

Image By. unsplash.com

Air mutlaq sebagaimana yang disampaikan oleh imam Al Buhuti Rahimahullah adalah;

هو الماءُ الباقي على أصلِ خِلقَتِه ((شرح منتهى الإرادات)) للبُهوتي : 1/15

“air yang masih bertahan dengan sifat asal penciptaannya” (syarh muntahal iradat, 1/15)

Macam-macam air mutlaq adalah

  1. Air hujan

Allah Ta’ala berfirman:

: وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ [الأنفال: 11].

“dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu”. (al-Anfal: 11)

  • Air laut

عن أبي هُريرةَ رَضِيَ اللهُ عنه قال: ((سأل رجلٌ رسولَ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، فقال: يا رسولَ الله، إنَّا نركبُ البحرَ، ونحمِل معنا القليلَ مِنَ الماءِ، فإنْ توضَّأْنا به عَطِشْنا، أفنتوضَّأُ مِن ماءِ البَحرِ؟ فقال رسولُ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: هو الطَّهورُ ماؤُه، الحِلُّ مَيتتُه.((رواه أبو داود (83)، والترمذي (69)، والنَّسائي (59)، وابن ماجه (386)، وأحمد (8720). قال الترمذي: حسن صحيح، وصححه ابن حبان في ((المجروحين)) (2/316)،

Abu Hurairah berkata; seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Sesungguhnya kami pernah mengarungi lautan dan hanya membawa sedikit air, apabila kami berwudhu dengannya maka kami akan kehausan, apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Air laut itu suci airnya dan bangkainya binatangnya pun halal.” (Abu Daud (83), At Tirmidzi: (69), An Nasa’i : (59), Ibnu Majah 🙁 386), Ahmad (8720) berkata at tirmidzi: hadits hasan shahih, dan dishahihkan oleh ibnu hibbban dalam al majruhin 2/316)

  • Air sungai

Allah Ta’ala berfirman:

وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ [إبراهيم: 32

“dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai” (Ibrahim: 32)

  •  Air sumur

عن أبي سعيدٍ الخدريِّ رَضِيَ اللهُ عنه أنَّه قال: ((قيل: يا رسولَ الله، أنتوضَّأُ من بئر بُضاعةَ؟-وهي بِئرٌ يُلقى فيها الحِيَضُ  (6) ولحومُ الكِلابِ والنَّتْنُ، فقال رسولُ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: إنَّ الماءَ طَهورٌ لا يُنجِّسُه شيءٌ. ((رواه أبو داود (66)، والترمذي (66)، والنَّسائي (326)، وأحمد (11275). صحَّحه يحيى ابن معين كما في ((خلاصة البدر المنير)) لابن الملقِّن (1/7)،

Dari [Abu Sa’id Al Khudri] ia berkata; ada yang bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah kami boleh berwudlu dari air sumur Budla’ah yang dibuang ke dalamnya terdapat kain bekas pembalut haid, daging anjing dan bangkai?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sungguh air itu suci tidak ada sesuatu yang membuatnya najis.” (Abu Daud (66), At Tirmidzi (66), An Nasa’i (326), Ahmad (11275) Dishahihkan oleh Yahya Bin Ma’in dalam Kitab Khulashah Al Badr Al Munir Milik Ibnu Mulaqqin 1/7).

 الحِيَض  (dengan mengkasrahkan ح dan mengfathahkan ي) jama’ dari حِيضَة (mengkasrahkan ح dan mengsukunkan ي) yaitu sejenis kain yang digunakan untuk darah haid ( Tuhfatul Ahwadzi, Mubarakfuri 1/169, An Nihayah Fi Gharibil Al Hadits Wal Atsar, Ibnu Atsir 1/469)

  • Air salju, dan air embun

عن أبي هُريرةَ رَضِيَ اللهُ عنه قال: ((كان رسولُ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يسكُتُ بين التَّكبيرِ وبينَ القِراءةِ إسكاتةً- قال: أحسَبُه قال: هُنيَّةً-، فقلت: بأبي وأمِّي يا رسولَ الله، إسكاتُك بين التَّكبيرِ والقراءةِ، ما تقولُ؟ قال: أقولُ: اللهمَّ باعدْ بيني وبين خَطايايَ كما باعَدْتَ بينَ المَشرِقِ والمَغربِ، اللهُمَّ نقِّني مِنَ الخَطايا كما يُنقَّى الثَّوبُ الأبيضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللهمَّ اغسِلْ خطاياي بالماءِ والثَّلجِ والبَرَدِ (( رواه البخاريُّ (744)، ومسلم )598(

Abu Hurairah telah menceritakan kepada kami, (diriwayatkan) ia berkata, bahwa Rasulullah saw diam sebentar di antara takbir dan bacaan ayat dengan benar-benar diam, maka saya bertanya kepada Rasulullah lalu saya berkata, demi bapak dan ibuku wahai Rasulullah, diammu di antara takbir dan bacaan ayat, apa yang kamu baca? Rasulullah saw menjawab, Aku membaca Ya Allah jauhkan dariku dan kesalahanku sebagaimana Engkau Menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkan aku dari kesalahanku sebagaimana dibersihkannya baju putih dari noda. Ya Allah basuhlah kesalahanku dengan salju, air dan es) Shahih.HR Bukhari (744), Muslim (598/147),.

Tidak ada khilaf antara ahli fiqh tentang bolehnya bersuci dengan air salju jika sudah mencair, namun terjadi khilaf apabila masih dalam keadaan beku. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah 39/356)

  • Air dari sumber mata air

Allah ta’ala berfirman:

: أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأَرْضِ )الزمر: 21( 

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi” (Az Zumar: 21)

  • Air zamzam

Boleh hukumnya berwudhu dan mandi dengan air zamzam berdasarkan kesepakatan para imam madzhab yang empat.

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

: (أمَّا زمزمُ فمَذهَبُ الجُمهورِ كمذهبنا؛ أنَّه لا يُكرَهُ الوضوء والغُسل به، وعن أحمد روايةٌ بكراهَتِه). ((المجموع)) (1/91).

“adapun air zamzam maka madzhab jumhur ulama sama seperti madzhab kami (madzhab syafi’i) yaitu tidak makruh berwudhu dan mandi menggunakannya, namun ada riwayat dari imam ahmad mengenai makruhnya”. (al Majmu’ 1/91)

عن عليٍّ رَضِيَ اللهُ عنه: ((أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم دعا بسَجْلٍ من ماءِ زَمزمَ، فشَرِبَ منه وتوضَّأَ .رواه أحمد (564)، وحسَّن إسناده الألباني في ((تمام المنة)) )46

Dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyaallahu ‘Anhu, bahwa sesungguhnya nabi shaallahu ‘alaihi wa sallam meminta didatangkan seember air zamzam kemudian beliau meminumnya dan berwudhu). (ahmad 564 dan dihasankan oleh syekh al albani dalam tamamul minnah 46

  • Air musyammas (air di atas bejana yang terkena panas matahari )

Berkata Imam an Nawawi  Rahimahullah:

(المشمَّسُ لا أصلَ لكراهَتِه، ولم يثبت عن الأطباءِ فيه شيءٌ، فالصوابُ الجَزمُ بأنَّه لا كراهةَ فيه… بل هو الصَّوابُ الموافِقُ للدَّليل ولنصِّ الشافعيِّ؛ فإنَّه قال في ((الأم)): لا أكرَهُ المشمَّسَ إلَّا أن يُكرَهُ مِن جهةِ الطِّبِّ… ومذهب مالك وأبي حنيفة وأحمد وداود والجمهور: أنَّه لا كراهةَ، كما هو المختار) ((المجموع)) (1/87).

Air musyammas tidak ada dalil tentang makruhnya, dan tidak informasi kuat dari para ahli kedokteran mengenai bahya yang timbul. Maka yang benar bahwa air tersebut tidak makruh dalamnya… bahkan yang benar dan sesuai dengan dalil dan pendapat asy syafi’i. berkata asy syafi’i di kitabnya al-Umm: ”aku tidak memakruhkan air musyammas hanya saja dimakruhkan dari sisi kedokteran…dan madzhab malik dan abu hanifah dan ahmad dan jumhur ulama’ bahwa hukumnya tidak makruh sebagaimana pendapat yang dipilih. (al Majmu’ 1/87)

  • Air yang didapat dengan cara haram

Mayoritas ulama berpendapat bahwa sah hukumnya bersuci dengan air yang didapat dengan cara yang haram, seperti air curian dan sejenisnya, namun disertai dengan dosa karena menggunankan harta curian tersebut.

Hal ini berdasarkan qa’idah;

إذَا عَادَ التَّحْرِيْمُ إِلَى نَفْسِ اْلعِبَادَةِ أَوْ شَرْطِهَا فَسَدَتْ, وَإِذَا عَادَ إِلَى أَمْرٍ خَارِجٍ لَمْ تَفْسُدْ, وَكَذَلِكَ الْمُعَامَلَةُ

“Jika pengharaman berkaitan dengan dzat suatu ibadah atau syaratnya maka ibadah tersebut batal. Dan jika berkaitan dengan perkara di luar dzat dan syaratnya maka ibadah itu tidaklah batal. Demikian pula permasalahan muamalah”

***

Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I

( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I, Beliau adalah Mudir Ma'had 'Aly Makkah Boyolali. Beliau termasuk alumni Ma’had ‘Aly Imam Syafi’i (MAIS) Cilacap dan Alumni S-2, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini beliau sedang menyelesaikan S-3 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

800FansSuka
927PengikutMengikuti
10PengikutMengikuti
500PelangganBerlangganan

Latest Articles