Cara yang paling utama dalam ber-istihdad adalah dengan memangkasnya hingga tidak tersisa (menggundulnya), dan boleh menghilangkannya dengan cara apapun. Dalam hal ini laki-laki dan perempuan sama. Ini merupakan madzhab Hanabilah (Kasysyaf Al Qana’, Al Buhuti 1/76), (Al Mughni, Ibnu Qudamah 1/64) dan merupakan pendapat yang dipilih oleh An Nawawi Rahimahullah, beliau berkata:
قال النوويُّ: (أمَّا الاستحدادُ، فهو حلْقُ العانة؛ سمِّي استحدادًا لاستعمالِ الحديدةِ، وهي المُوسى، وهو سُنَّة، والمرادُ به نظافةُ ذلك الموضِعِ، والأفضَلُ فيه الحَلقُ، ويجوزُ بالقصِّ والنَّتفِ والنُّورةِ). ((شرح النووي على مسلم)) (3/148).
“Adapun istihdad adalah menggundul rambut kemaluan, dinamakan istihdad karena menggunakan besi tajam yaitu pisau cukur, dan ini merupakan Sunnah. Dan yang dimaksud adalah membersihkan bagian tersebut dan yang paling utama dengan cara dipangkas, namun boleh mencukur pendek, mencabut atau obat penghilang rambut”. (Syarh An Nawawi ‘Ala Muslim 3/148)
Berkata Ibnu Daqiq Al Id Rahimahullah:
قال ابنُ دقيق العيد: (“الاستحدادُ” استفعالٌ مِن الحديدِ، وهو إزالةُ شَعرِ العانةِ بالحديدِ، فأمَّا إزالَتُه بغير ذلك كالنَّتفِ وبالنُّورةِ، فهو محصِّلٌ للمقصودِ، لكنَّ السُّنةَ والأَولى، الذي دلَّ عليه لَفظُ الحَديثِ). ((إحكام الأحكام)) (ص: 62).
“Istihdad berwazan istif’al dari al hadid (besi), yaitu menghilangkan rambut kemaluan dengan besi, adapun menghilangkannya dengan cara lain seperti mencabut, obat penghilang rambut maka itu sudah mencapai maksud (mencukupi). Namun yang sesuai dengan Sunnah dan paling utama adalah dengan cara sebagaimana disebutkan dalam lafadz hadits (dengan besi)”. (Ihkam Al Ahkam: 62)
Berkata Ibnu Baz Rahimahullah:
قال ابنُ باز: (حَلقُها- أي: العانة- بالموسى، أفضَلُ إذا تيسَّر، وهو الاستحدادُ، فإنْ كان ذلك يشقُّ أو لم يتيسَّر للرجُلِ أو للمرأةِ، فإنَّها تُزالُ بالأدويَّة المعروفةِ التي يَعتادُها النَّاسُ.( ((الموقع الرسمي لابن باز((
“Menggundulnya (rambut kemaluan) dengan pisau cukur, hal ini lebih utama apabila mudah dilakukan, dan inilah yang disebut dengan istihdad. Namun jika kesulitan bagi laki-laki dan wanita, maka boleh menggunakan alat apapun yang sudah dikenal dan biasa dipakai oleh manusia”. (Al Mauqi’ Ar Rasmi Ibni Baz )
Adapun dalilnya diantaranya:
عن جابِرِ بنِ عَبدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عنهما، قال)): كنَّا مع رسولِ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم في غَزاةٍ، فلمَّا قَدِمنا المدينةَ ذهبْنا لندخُلَ، فقال: أمهِلوا حتَّى ندخُلَ ليلًا- أي: عِشاءً-؛ كي تمتَشِطَ الشَّعِثَةُ، وتستحِدَّ الـمُغِيبةُ(( ( رواه البخاري (5246)، ومسلم (715)، واللفظ له.
Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu berkata; kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peperangan, Ketika kami sampai di Madinah, kami bersiap-siap masuk (rumah), tapi beliau bersabda: “Tangguhkanlah sampai kita masuk malam hari yaitu waktu isya’, agar (para istri kalian) yang kusut rambutnya merapikan rambutnya dan agar (para istri kalian) yang selama ini ditinggalkan ber-istihdad (dahulu).” (Bukhari 5246 dan Muslim 715)
عن أبي هُرَيرةَ رَضِيَ اللهُ عنه عنِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنَّه قال: ((الفِطرةُ خَمسٌ: الخِتان، والاستحدادُ، وقصُّ الشَّارِبِ، وتقليمُ الأظفارِ، ونتفُ الآباطِ )) رواه البخاري (5891)، ومسلم (257).
Dari Abu Hurarairah Radhiyaallahu ‘anhu “Perkara fitrah ada lima: berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, menggunting kuku dan mencabut bulu ketiak.” (Bukhari: 5891), (Muslim: 257)
***
Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )
