Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. ( QS An Nisa : 59 )

Al ‘Allamah As Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab Riyadhus Shalihin, Baabu Wujuubi Thaa’ati wulaatil umri fii ghairi ma’shiatillaah , Kemudian beliau beristidlal dalam bab tersebut dengan firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. ( QS An Nisa : 59 )

Wulaatul Umuuri / Ulil Amri , para ahli ilmu ( ‘ulamaa ) mereka membagi menjadi 2; yaitu ulama dan pemerintah atau penguasa.

Adapun para ulama,mereka adalah ulil amri kaum muslimin didalam hal penjelasan syariat, pengajaran dan memberikan arahan manusia kepada kebenaran. Itulah makna ulil amri dalam aspek ini.

Adapun penguasa / pemerintah, mereka adalah ulil amri yang menjamin keamanan, penjagaan terhadap aturan syariat, mewajibkan manusia untuk taat hal tersebut, Maka mereka ( ulama ) memiliki peran, dan mereka ( ulil amri ) juga memiliki peran.

Hukum asal ulil amri itu ulama, dikarenakan mereka itulah yang menjelaskan syari’at dan mengatakan kepada pemerintah/penguasa.  “ Ini adalah syariat Allah Ta’ala, kerjakanlah !, Dan penguasa mempraktekkan syariat itu. Penguasa bisa jadi memahami hukum syariat, akan tetapi tidak sempurna dalam mengetahui hukum syariat kecuali melalui jalannya para ulama.

Mereka para ulama memberikan pengaruh terhadap orang orang yang didalam hatinya ada keimanan dan agama yang baik. Dikarenakan orang yang didalam hatinya ada keimanan dan agama yang baik, ia akan mentaati ulama, kemudian mereka mengambil arahan dari ulama dan mentaati perintahnya.

Sebagian manusia yang imannya lemah mentaati ulil amri disebabkan takut dengan kedzalimannya, takut kepada penguasa lebih besar daripada para ulama, atau takut kepada ulil amri lebih banyak daripada takut kepada Allah, Wal ‘iyyadzubilllah .

Hendaknya umat islam harus bersama ulama dan penguasa, kewajiban bagi umat islam untuk mentaati ulama dan para penguasa. Akan tetapi ketaatan kepada ulil amri adalah sebagai bentuk ittiba kepada ketaatan Allah, hal ini sesuai Firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. ( QS An Nisa : 59 )

Dan tidak dikatakan :

أطيعوا أولي الأمر منكم

“ Taatilah ulil amri kalian ”, dikarenakan ketaatan kepada ulil amri itu adalah bentuk ittiba’ ( mengikuti ketaatan Allah dan Rasul ) dan bukanlah ketaatan yang mustaqillah.

Adapun taat kepada Allah dan RasulNya itu sifatnya mustaqillah ( wajib taat secara mutlak dan berdiri sendiri ). Itulah sebabnya fi’il ( kata kerjanya ) berulang kali, yaitu :

أطيعوا وأطيعوا

“ Taatilah dan Taatilah “

Adapun ketaatan kepada ulil amri itu sifatnya tabiah ( mengikuti ) dan bukanlah mustaqillah. Maka dari sini diambil hukum, Jika ulil amri memerintahkan dalam perkara kemaksiatan, maka sesungguhnya tidak ada sam’u wa tha’ah baginya ( tidak didengarkan dan tidak di taati ). Dikarenakan ulil amri dibawah ulil amri yang paling tinggi yaitu Allah Jalla Wa ‘Ala. Maka jika ulil amri memerintahkan hal yang menyelisihi Allah, jelas tidak ada aspek dengar dan taat baginya.

Sumber : Syarhu Riyadhis Shalihin, 3/ 650-652. 

Disarikan dari : https://www.alukah.net/sharia/1/149536/

Ditulis oleh : Satrio Wibowo

Dimurajaah oleh : Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I ( Mudir Ma’had ‘Aly Makkah )

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini