Membaca tasmiyah (bismillah) sebelum berwudhu dianjurkan oleh mayoritas ahli fiqh dari kalangan Hanafiyyah dalam (Al-Bahr Ar=Ra’iq, Ibnu Najim 1/19), (Badai’ Ash-Shanai’, Al-Kisa’i 1/20), Malikiyyah dalam (Maqahib Al-Jalil 1/383), (Syarh Mukhtahar Khalil, Al Khirasyi 1/383), Syafi’iyyah dalam (Tuhfatul Muhtaj, Ibnu Hajar Al-Haitami 1/224), (Al-Umm, Asy-Syafi’i 1.47), (Al-Hawi Al-Kabir, Al-Mawardi 1/129) dan salah satu pendapat dalam madzhab Hanabilah dalam (Al-Inshaf, Al-Mardawi 1/100), (Al-Mughni, Ibnu Qudamah1/76).

Berdasarkan dalil:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اِسْمَ اَللَّهِ عَلَيْهِ – أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ ضَعِيف ٍ.وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْد ٍ. وَأَبِي سَعِيدٍ نَحْوُه ُ. قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْء ٌ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak sempurna wudhu` bagi orang yang tidak menyebut nama Allah.” [ Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan sanad yang lemah ]Dan dalam riwayat al-Tirmidzi: dari Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id. Imam Ahmad mengatakan : tidak dapat ditetapkan hukum berdasarkan hadits ini.

Kualitas hadits di atas diperbincangkan oleh ulama. Al-‘Uqaili, Abu Hatim dan Abu Zur’ah mengatakan hadits ini lemah bahkan Imam Ahmad mengatakan tidak dapat dijadikan hujjah. Imam Ibnu Hajar mengatakan: Secara zhahir, seluruh hadits jika dikumpulkan dapat menjadi kuat, menunjukkan bahwa hal itu memiliki asal (pokok/landasan). Demikian juga As-Syaukani mengatakan: tidak diragukan lagi bahwa jalur-jalur haditsnya dapat dijadikan sebagai hujjah (dalil).  Ibnu Shalah dan Ibnu Katsir menilainya hasan (baik).

عَنِ ابنِ عبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عنهما، يبلُغُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال)): لو أنَّ أحدَكم إذا أتَى أهلَه، قال: بِسمِ اللهِ، اللهمَّ جنِّبْنا الشَّيطانَ، وجنِّبِ الشَّيطانَ ما رَزَقْتنا، فقُضِيَ بينهما وَلَدٌ، لم يضُرَّه(( رواه البخاري (141) واللفظ له، ومسلم (1434)

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyaallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kalian ingin mendatangi isterinya (untuk bersetubuh), maka hendaklah ia membaca; ‘ALLAHUMMA JANNIBNASY SYAITHAANA WA JANNIBISY SYAITHAANA MAA RAZAQTANAA (Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rizkikan (anak) kepada kami) ‘. Jika dikaruniai anak dari hubungan keduanya maka setan tidak akan dapat mencelakakan anak itu.” ( HR. Al Bukhari No. 141 ( dan ini lafadznya ) dan Muslim No. 1434 )

Dalam hadits di atas, menjelaskan bahwa walaupun keadaan akan berjima’ merupakan keadaan yang umumnya jauh dari dzikr, namun dalam hal ini tetep disyariatkan untuk membaca tasmiyah. maka keadaan selainnya lebih utama lagi (untuk di awali dengan tasmiyah).

Berkata al=’Aini Rahimahullah:

وقد أورده البخاريُّ في هذا البابِ للتَّنبيهِ على مشروعيَّةِ التَّسميةِ عند الوضوءِ. ((عمدة القاري)) للعيني (2/266).

Bukhari membawakannya (hadits di atas) dalam bab ini (bab wudhu) untuk menekankan pengsyariatan membaca tasmiyah tatkala akan berwudhu”. ( Umdah al Qari Lil ‘Aini, 2/266 )

Berkata Ibnu Taimiyyah Rahimahullah :

وقال ابنُ تيميَّة: (ذِكرُ اسمِ اللهِ مشروعٌ في أوَّل الأفعالِ العاديَّةِ، كالأكلِ والشُّربِ، والنَّومِ، ودخولِ المَنزلِ والخلاءِ؛ فلَأَنْ يُشرَعَ في أوَّلِ العباداتِ أَوْلى) ((شرح عمدة الفقه- من كتاب الطهارة والحج)) (1/168)

“Menyebut nama Allah (bismillah) disyariatkan di permulaan perbuatan sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, masuk rumah, masuk kamar mandi. Maka dikerjakan di permulaan ibadah lebih utama” ( Syarhu Umdatil Fiqhi, Min Kitabit Thaharah wal Hajj, 1/168 )

***

Penulis : Ustadz Achmad Wildan Suyuti, M.Pd.I
( Mudir Ma’had Aly Makkah Boyolali )

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini